Hallo catlovers! Banyak sekali penanggulangan yang dapat dilakukan terhadap autisme, seperti tindakan yang bersifat medis ataupun terapi. Yang mengejutkan, ternyata kucing juga merupakan salah satu therapist yang dianjurkan dalam mengurangi autisme.
Maka dari itu kali ini cattery.co.id akan mengulas hal beberapa pengalaman orang yang menggunakan kucing untuk terapi autis sebagai penanggulangan anak autis.
Kucing pada dasarnya adalah hewan yang manja dan terkadang pasif, tetapi ia adalah hewan yang sangat penurut dan tenang apabila dipelihara sejak dini.
Karena sifatnya yang penurut dan tenang inilah kucing dapat menjadi therapist anak-anak yang menderita autis. Banyak sekali penelitian yang dilakukan dalam hal ini.
Iris Grace Halmshaw contohnya, ia adalah anak yang menderita autis dan memiliki kucing sebagai teman baiknya. Pada tahun 2011 Iris divonis menderita autisme, ia mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dengan teman sebayanya dan lebih sering berdiam diri.
Namun Iris memiliki bakat yang sangat luar biasa dalam satu bidang seni, yakni melukis. Lukisannya memiliki sentuhan yang sangat berbeda apalagi jika dibandingkan dengan anak sebayanya yang mungkin lebih sering bermain di taman bermain saat itu. Keluarganya selalu mengeluarkan biaya yang lumayan banyak untuk pemulihan kondisi Iris, tetapi perkembangannya tidaklah signifikan sampai pada saatnya Thula datang sebagai teman baru Iris.
Thula, kucing pintar dan aktif berjenis Maine Coon ini diberikan kepada keluarga Iris beberapa hari sebelum hari kasih sayang dan menjadi teman baik Iris.
Pada hari pertama Thula datang, ia sering mendekati Iris bahkan di malam harinya Thula tidur bersama Iris dan Iris tidak terganggu dengan hal itu bahkan Iris memeluk Thula disaat ia tertidur.
Thula menjadi semakin dekat dengan Iris. Ternyata ia berhasil mengambil hati Iris sehingga Iris sering membiarkan Thula berada didekatnya disaat Iris sedang melukis. Lama kelamaan Iris selalu melibatkan Thula dalam tiap aktivitasnya bahkan disaat Iris mandi, Thula tetap menemaninya.
Sampai saatnya Iris mulai membuka dirinya dengan sekelilingnya. Thula sering mengajak Iris bermain diluar, berinteraksi dengan orang lain atau sekedar duduk-duduk ditaman.
Ini merupakan perkembangan yang sangat signifikan dalam pengurangan autisme Iris. Sekarang Iris memiliki web-nya sendiri dan ia sering menjadikan atau sekedar melibatkan Thula dalam projek melukisnya.
Selain Iris, seorang single parent, J. Manerling yang juga merupakan seorang ilmuwan dalam bidang neurosains merasakan dampak positif dari memelihara kucing.
Manerling memiliki seorang anak laki-laki yang bernama Richard (4 tahun) penderita autis dan memiliki kesulitan dalam berkomunikasi vebal dengan lingkungannya. Tapi hal ini tidak berlangsung lama hingga akhirnya ia bertemu dengan Clover, seekor kucing yang mereka ambil dari penangkaran binatang.
Clover menjadi teman yang sangat baik untuk Richard, ia selalu menemani Richard bermain dan mendengarkan apapun yang dikatakan Richard. Meski Clover tidak menjawab apa yang menjadi ujaran Richard, lambat laun Richard terlatih untuk berkomunikasi verbal karena terus berbicara kepada clover.
Tapi Clover meninggal disaat Richard sudah menduduki bangku kuliah, tetapi datang lagi dua kucing bernama Linus dan Melody, ia menjadi teman Richard disaat Richard mengerjakan tugas aljabarnya ataupun disaat Richard mengerjakan projek seninya. Cerita menyentuh ini juga dipampang dalam sebuah website tentang kucing pada tahun 2011.
Studi seseorang berkebangsaan Perancis dalam PLOS One pada tahun 2012 menyatakan pula bahwa anak-anak autis mengalami peningkatan positif yang signifikan disaat memiliki hewan peliharaan berupa kucing.
Di tahun yang sama “Medical Daily” juga menyatakan hasil dari penelitiannya bahwa memelihara kucing dan hewan peliharaan lainnya dapat menolong anak-anak penderita autis. Pengenalan anak-anak penderita autis terhadap hewan peliharaannya akan lebih optimal jika dilakukan sejak dini hingga 5 tahun.
Keuntungan dari memelihara kucing dalam hal ini juga dirasakan oleh keluarga Booth, terutama anak laki-lakinya yang bernama Fraser Booth. Ia berumur 4 tahun dan menderita autis, tempra-nya yang tidak terkontrol, sering menangis hingga menjerit, tertekan dengan sekitarnya dan selalu sulit untuk mengambil jalan termudah untuk menyelesaikan masalah yang mudah.
Tapi penderitaan Fraser tidak berlangsung lama semenjak seekor kucing yang dibuang oleh pemiliknya datang kedalam kehidupan Fraser.
Kucing itu bernama Billy, sejak pertama ia diambil dari penangkaran, ia selalu berada di dekat Fraser. Pada awalnya Fraser tidak begitu mengacuhkan Billy dan masih tidak dapat terkontrol emosinya.
Tetapi karena dengkuran dan lembutnya bulu Billy yang selalu mengelus dikaki Fraser, itu membuat Fraser menjadi tenang dan lambat laun Fraser mulai menaruh perhatian kepada Billy yang ingin berteman .
Ibu dari Fraser, Louise Booth mengatakan bahwa Billy selalu ada dalam tiap aktivitas yang dilakukan Fraser, dari mulai bermain didalam rumah hingga ditaman, Billy selalu mengawasi dan mendatangi Fraser disaat Fraser mulai menjerit atau sedih seketika.
Bahkan ibunya meyakini bahwa Billy selalu menjadi yang pertama sadar jika Fraser akan bersedih atau mulai bosan, sehingga Billy akan selalu berada didekatnya sepanjang waktu hingga mood Fraser kembali normal.
Chris Booth (Ayah Fraser) menambahkan bahwa Billy adalah penolong dan pembawa titik terang dalam keluarga Booth terutama untuk Fraser. Chris merasakan efek positif yang sangat signifikan dalam perkembangan sikap Fraser setelah kedatangan Billy ke dalam keluarganya.
Disaat mengambil Billy dari penangkaran yang bernama Cats Protection, Chris memberikan sumbangan sebesar 30 poundsterling kepada penangkaran tersebut, tetapi ia menganggap Billy sangatlah tidak ternilai dengan apapun bagi ia dan keluarganya terutama Fraser.
Chris Booth (Kanan Atas) “Billy membawa perubahan dan titik terang
dalam keluarga saya”
Well, itu baru pengalaman beberapa orang yang menjadikan kucing sebagai jalan keluar penanggulangan anak penderita autis.
Berdasarkan sikap kucing yang sangat seita, akrab dan tenang, wajar saja jika kucing menjadi salah satu teraphist terbaik untuk penderita autisme. Bayangkan, selain lucu dan menggemaskan, kucing juga merupakan penyelamat hidup bagi banyak orang. Salute!